Tuesday, September 6, 2016

Laporan Pendahuluan Diare pada Anak



1.  Definisi       
Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Berikut ini adalah beberapa pengertian diare menurut para ahli, yaitu suatu keadaan dimana :
a.   Individu mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB yang normal, ditandai seringnya kehilangan cairan dan feses yang tidak berbentuk (Susan, 2005).
b.   Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono, 2004).
c.   Bertambahnya jumlah atau berkurangnya konsistensi tinja yang dikeluarkan (Pitono, 2006).
d.   Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer atau cair (Suriadi, 2010).
e.  
9
 
Diare adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4 kali buang air  besar (Dewi, 2010).

Jadi dapat disimpulkan dari beberapa pengertian tersebut bahwa diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair yang dapat disertai lendir atau darah dengan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari dimana diare akut berlangsung kurang dari dua minggu dan diare kronik berlangsung lebih dari dua minggu.
2. Etiologi
Menurut A. Aziz (2007), Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor,  yaitu :
a.   Faktor infeksi
Proses ini dapat diawali dengan adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk kedalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal yang dapat menurunkan daerah permukaan intestinal sehingga terjadinya perubahan kapasitas dari intestinal yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi intestinal dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Adanya toksin bakteri juga akan menyebabkan sistem transpor menjadi aktif dalam usus, sehingga sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.
1)    Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare pada anak.
2)    Infeksi bakteri: oleh bakteriVibrio, E.coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas.
3)    Infeksi virus: oleh virus Enterovirus (virus ECHO, Coxsackie, poliomyelitis), Adenovirus, Ratavirus, Astrovirus.
4)    Infestasi parasit: oleh cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides), protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis), jamur (Candida albicans).
5)    Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis media akut (OMA),Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,Ensifalitis, keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.
b.      Faktor malabsorbsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan tekanan osmotik meningkat kemudian akan terjadi pergeseran air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadilah diare.
1)    Malabsorbsi karbohidrat: Disakarida (Intoleransi laktosa, maltosa, dan sukrosa), munosakarida (intoleransi lukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
2)   Malabsorbsi lemak
3)   Malabsorbsi protein


c.   Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik dan dapat terjadi peningkatan peristaltik usus yang akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan seperti makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
d.      Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan seperti : rasa takut dan cemas.
3.  Patofisiologi
Menurut Suriadi (2010), akibat terjadinya diare baik akut maupun kronis adalah :
a.  Meningkatnya motilitas dan cepatnya pengosongan pada intestinal merupakan akibat dari gangguan absorbsi dan ekskresi cairan dan elektrolit yang berlebihan.
b.  Cairan, sodium, potasium dan bikarbonat berpindah dari rongga ekstraseluler kedalam tinja, sehingga mengakibatkan dehidrasi kekurangan elektrolit, dan dapat terjadi asidosis metabolik.
Diare yang terjadi merupakan proses dari transfort aktif akibat rangsangan toksin terhadap elektrolit kedalam usus halus. Sel dalam mukosa intestinal mengalami iritasi dan meningkatnya sekresi cairan dan elektrolit. Mikroorganisme yang masuk akan merusak sel mukosa intestinal sehingga menurunkan area permukaan intestinal, perubahan kapasitas intestinal dan terjadi gangguan absorbsi cairan dan elektrolit. Peradangan akan menurunkan kemampuan intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini terjadi pada sindrom malabsorbsi. Serta meningkatnya motilitas intestinal dapat mengakibatkan gangguan absorbsi intestinal.
4. Pathway



Meningkatnya tekanan osmotik

 
 
















Gambar 1
Pathway diare (NANDA, 2013)

5.  Tanda dan Gejala
Menurut Widjaja (2006), tanda dan gejala penyakit diare pada anak yaitu:
a.  Anak menjadi cengeng atau gelisah.
b.  Suhu badannya meninggi.
c.  Tinja menjadi encer, berlendir, atau berdarah.
d.  Warna tinja kehijauan akibat bercampur dengan cairan empedu.
e.  Anusnya lecet.
f.   Gangguan gizi akibat asupan makanan yang kurang.
g.  Muntah sebelum atau sesudah diare.
h.  Hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
i.    Dehidrasi
6.  Pemeriksaan Penunjang
                 Pemeriksaan laboratorium penting dalam menegakkan diagnosis (kausal) yang tepat, sehingga dapat memnerikan terapi yang tepat pula (Suharyono, 2004). Pemeriksaan yang perlu dilakukan pada anak dengan diare, yaitu:
a.  Pemeriksaan tinja, baik secara makroskopi maupun mikroskopi dengan kultur
b.  Test malabsorbsi yang meliputi karbohidrat (pH, Clini test), lemak, dan kultur urine.


7. Komplikasi
Menurut Depkes RI (2001), akibat diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut:
a.  Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b.  Syok hipovolemik.
c.  Hipokalemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi)
d.  Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktose.
e.  Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik.
f.   Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare yang berlangsung lama)

B.  Konsep Asuhan Keperawatan Anak Dengan Diare
1.    Pengkajian
a. Identitas
            Meliputi nama lengkap, tempat tinggal, jenis kelamin, tanggal lahir, umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan penghasilan.
b. Keluhan utama
            Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang), BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung < 14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten (Suriadi, 2010).
c. Riwayat penyakit sekarang
     Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1)  Mula-mula bayi/anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan timbul diare.
2)  Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
3)  Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya makin lama makin asam.
4)  Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
5)  Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan elektrolit, maka gejala dehidrasi mulai tampak.
6)  Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam pada dehidrasi berat.
d. Riwayat kesehatan
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1)  Riwayat imunisasi terutama campak, karena diare lebih sering terjadi atau berakibat berat pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penurunan kekebalan pada pasien.
2)  Riwayat alergi terhadap makanan dan obat-obatan (antibiotik) karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan penyebab diare.
3)  Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama, atau setelah diare.
e. Riwayat nutrisi
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1)  Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan dapat mengurangi resiko diare dan infeksi yang serius.
2)  Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan mudah menimbulkan pencemaran.
3)  Perasaan haus, anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus dan minum seperti biasa. Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus dan banyak minum. Pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
g.  Pemeriksaan fisik
Menurut Suharyono (2004), yaitu:
1)  Keadaan umum
a)  Baik, sadar (tanpa dehidrasi).
b)  Gelisah, rewel (dehidrasi ringan atau sedang).
c)  Lesu, lunglai, atau tidak sadar (dehidrasi berat)




2)  Berat badan
Menurut Nursalam (2005), anak yang diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat badan sebagai berikut:
Tabel 2
Tingkat Dehidrasi
Tingkat Dehidrasi
Kehilangan Berat Badan Dalam %
Bayi
Anak Besar
Dehidrasi ringan
5% (50 ml/kg)
3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang
5-10% (50-100 ml/kg)
6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat
10-15% (100-150 ml/kg)
9% (90 ml/kg)

Presentase penurunan berat badan tersebut dapat diperkirakan saat anak dirawat di rumah sakit. Sedangkan di lapangan, untuk menentukan dehidrasi, cukup dengan menggunakan penilaian keadaan anak.
3) Kulit
 Untuk mengetahui elastisitas kulit, dapat dilakukan pemeriksaan turgor, yaitu dengan cara mencubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari (bukan kuku). Apabila turgor kembali dengan cepat (< 2 detik), berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (= 2 detik), ini berarti diare dengan dehidrasi ringan/sedang. Apabila turgor kembali sangat lambat (> 2 detik), ini termasuk diare dengan dehidrasi berat.




4) Kepala
            Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya biasanya cekung.
5) Mata
             Anak yang diare tanpa dehidrasi bentuk kelopak matanya normal. Apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung. Apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung.
6) Mulut dan lidah
     a) Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi).
     b) Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan/sedang).
     c) Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat).
                7) Abdomen
     a) Kemungkinan distensi.
     b) Mengalami kram.
     c) Bising usus yang meningkat.
8) Anus
    Apakah ada iritasi pada kulitnya karena frekuensi BAB yang menigkat.
2.    Diagnosa Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a.   Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan output yang berlebihan.
b.   Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.
c.   Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.
d.   Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
e.   Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas,  salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.

3.    Intervensi Keperawatan
Menurut NANDA (2013), yaitu:
a.   Diagnosa I : Defisit volume cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)    Tidak terjadi dehidrasi
2)    TTV dalam batas normal
3)    Turgor kulit kembali elastis
4)    Kulit tidak kering
5)    Mukosa bibir basah
6)    Tidak pucat lagi
      NIC : Manajemen cairan dan elektrolit
1)    Guidance
Kaji dan pantau tanda dan gejala dehidrasi dan intake output cairan.
Rasional : Penurunan sirkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2)    Support
Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi.
Rasional : Sebagai upaya mencapai keseimbangan cairan dan elektrolit dan upaya rehidrasi cairan yang telah keluar akibat BAB yang berlebihan.
3)    Teaching
Ajarkan keluarga untuk sering memberikan minum air putih pada pasien.
Rasional : Agar keluarga mengetahui memberikan air minum yang sering untuk mengganti cairan yang hilang.
4)    Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyamandan menurunkan kebutuhan metabolik.
5)    Collaboration
Kolaborasi dengan analis dan dokter dalam pemberian obat.
Rasional : Mengetahui penyebab diare dengan pemeriksaan tinja dan pemberian obat yang tepat sesuai hasil laboratorium.
b.   Diagnosa II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan output yang berlebihan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)    Pasien tidak lagi mual muntah
2)    Pasien sudah bisa makan
3)    BB pasien kembali normal
 NIC : Manajemen nutrisi
1)     Guidance
Kaji dan pantau pemasukan makanan dan status nutrisi pasien
Rasional : Deteksi dini untuk pemberian terapi nutrisi yang tepat dan memperbaiki defisit.
2)     Support
Pertahankan status puasa selama fase akut (sesuai program terapi) dan segera mulai pemberian makanan per oral setelah kondisi klien mengizinkan
Rasional : Pembatasan diet per oral mungkin ditetapkan selama fase akut untuk menurunkan peristaltik sehingga terjadi kekurangan nutrisi. Pemberian makanan sesegera mungkin penting setelah keadaan klinis klien memungkinkan.
3)     Teaching
Ajarkan keluarga untuk pelaksanaan pemberian makanan sesuai dengan program diet.
Rasional : Agar keluarga mengetahui program diet pasien untuk memperbaiki status nutrisinya.
4)     Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik.
5)     Collaboration
Kolaborasi dengan ahli gizi dalam pemberian makanan yang tepat sesuai kondisi pasien.
Rasional : pemberian makanan yang tepat mempercepat proses pemenuhan nutrisi pasien.
c.   Diagnosa III : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)     Suhu tubuh pasien tidak meningkat
2)     Suhu tubuh dalam batas normal (36 - 37,5’C)
3)     Tidak terdapat tanda- tanda infeksi (rubor, dolor, kalor, tumor, fungtiolaesa)
      NIC : Manajemen suhu tubuh
1)     Guidance
Kaji dan pantau suhu tubuh pasien setiap 2 jam.
Rasional : Deteksi dini terjadinya perubahan abnormal suhutubuh untuk mengetahui adanya infeksi,
2)     Support
Berikan pasien kompres dengan kompres hangat.
Rasional : Untuk merangsang pusat pengatur panas tubuh menurunkan produksi panas tubuh.
3)     Teaching
Berikan pendidikan kesehatan kepada keluarga tentang bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare.
Rasional : Agar keluarga mengetahui bahaya suhu tubuh yang meningkat pada diare dan dapat waspada.
4)     Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan kebutuhan metabolik.
5)     Collaboration
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat-obatan penurun panas.
Rasional : pemberian obat-obatan penurun panas untuk mengurangi suhu tubuh yang meningkat pada pasien.
d.   Diagnosa IV : Ansietas pada anak berhubungan dengan tindakan keperawatan.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)    Mau menerima  tindakan keperawatan
2)    Klien tampak tenang dan tidak rewel
      NIC : Manajemen ansietas
1)    Guidance
Kaji kecemasan klien terhadap tindakan keperawatan dan hindari persepsi yang salah pada perawat dan rumah sakit.
Rasional : mengurangi rasa takut anak terhadap perawat dan lingkungan rumah sakit.


2)    Support
Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal.
Rasional : Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menumbuhkan rasa aman pada klien.
3)    Teaching
Libatkan keluarga dalam melakukan  tindakan keperawatan.
Rasional : Pendekatan awal pada anak melalui ibu atau keluarga.
4)    Environment
Buat lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : agar pasien dapat istirahat dengan nyaman dan menurunkan ansietas.
5)    Collaboration
Kolaborasi dengan orang tua dengan memberikan mainan pada anak.
Rasional : sebagai rangsangan sensori pada anak.
e.   Diagnosa V : Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi informasi dan keterbatasan kognitif.
NOC : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam masalah dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1)    Keluarga pasien mengetahui kondisi penyakit pada klien
2)    Keluarga klien bisa menjelaskan proses penyakit dan pencegahannya
      NIC : Manajemen informasi
1)    Guidance
Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2)    Support
Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan control keluarga klien terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya.
3)    Teaching
Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan aktivitas sehari-hari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk meningkatkan partisipasi keluarga klien dalam proses perawatan klien.
4)    Environment
Buat lingkungan yang tenang dan bersih.

Rasional : agar keluarga dapat aktif mengikuti penkes yang diberikan perawat.
5)    Collaboration
Kolaborasi dengan perawat lain dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Rasional : agar penkes yang diberikan dapat berjalan efektif.
4.    Evaluasi
      Menurut Wilkinson (2007), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Tujuan dari evaluasi adalah untuk menentukan kemampuan pasien dalam mencapai tujuan dan menilai keefektifitasan rencana atau strategi asuhan keperawatan. Hal-hal yang perlu dievaluasi ialah keefektifitasan asuhan keperawatan tersebut dan apakah perubahan perilaku pasien sesuai yang diharapkan. Dalam penafsiran hasil evaluasi disebutkan apakah tujuan tercapai, tujuan tercapai sebagian, atau tujuan sama sekali tidak tercapai.

No comments:

Post a Comment